Perkembangan si kecil kadang-kadang dapat menunjukkan ketidaknormalan. Yang penting adalah orang tua harus sering mengamati dan tidak mengabaikannya ketika ada keraguan, terutama dengan gangguan perhatian (ADHD – Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Survei terbaru dari Departemen Kesehatan Jiwa tahun 2559 menemukan bahwa sekitar 420.000 anak usia 6 – 15 tahun di seluruh negeri menderita gangguan ini, ditemukan pada anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan 4 – 6 kali lipat. Di kelas dengan rata-rata 40 – 50 anak, ditemukan 2 – 3 anak yang mengalami gangguan ini. Oleh karena itu, jika kesadaran dan perawatan dapat diberikan secara tepat, itu pasti akan meningkatkan kondisi si kecil dan membuatnya tumbuh dengan bahagia.
Mengenali ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kondisi gangguan psikiatri yang menyebabkan kurangnya perhatian normal, hilangnya kontrol gerak, yang ditandai dengan hiperaktif, mudah teralihkan, tidak pernah diam, saat diajak bicara tidak mendengarkan dengan cermat dan kurang memperhatikan detail. Kondisi ini cukup sering ditemukan pada anak berusia 3 – 7 tahun, tetapi pada kasus yang lebih ringan, gejalanya akan lebih jelas setelah usia 7 tahun ke atas karena saat itu adalah waktu untuk memasuki sekolah, dimana anak harus bertanggung jawab atas banyak pekerjaan dan tugas rumah, berinteraksi dengan teman dan guru, dan harus mengenal penyesuaian dalam melakukan kegiatan bersama orang lain dan bersosialisasi. Penyebab pasti belum bisa diketahui dengan jelas, tetapi salah satunya adalah bagian depan otak yang bertanggung jawab dalam kontrol perhatian dan penilaian bekerja kurang normal.
Gejala ADHD pada anak
Untuk mengetahui apakah si kecil menderita ADHD atau tidak, selain memerhatikan gejala yang muncul, perlu juga mempertimbangkan durasi gejala dan lokasi dimana anak menunjukkan gejala, yaitu
1) Mungkin memiliki (A) atau (B)
(A) Jika anak menunjukkan gejala berikut, harus ada 6 (atau lebih) gejala inattense selama minimal 6 bulan dengan tingkat keparahan yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak, di antaranya gejala kurang perhatian (Inattention) adalah
- Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah atau kegiatan lain
- Sering tidak memiliki perhatian dalam pekerjaan atau bermain
- Sering terlihat seolah tidak mendengarkan saat diajak bicara
- Sering gagal mengikuti instruksi dengan benar, menyebabkan tugas di kelas, pekerjaan rumah tangga, atau tugas di tempat kerja tidak selesai (tidak karena melawan atau tidak mengerti)
- Sering kali memiliki masalah dalam mengatur tugas atau aktivitas, sering kali bekerja tidak teratur
- Sering menghindari, tidak suka, atau tidak mau melakukan tugas yang membutuhkan usaha mental (seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas sekolah)
- Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas (misalnya alat-alat sekolah)
- Sering mudah teralihkan oleh rangsangan luar
- Sering lupa pada aktivitas sehari-hari
(B) Harus ada 6 (atau lebih) gejala hiperaktif – impulsif selama minimal 6 bulan dengan tingkat keparahan yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak yaitu
- Gejala hiperaktif (Hyperactivity)
- Gelisah, suka bergerak tanpa henti, atau tidak bisa duduk diam
- Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas atau dalam situasi lain di mana anak diminta untuk tetap duduk
- Sering berlari-lari atau memanjat yang tidak pada tempatnya
- Tidak bisa bermain atau melakukan aktivitas lain dengan tenang
- Sering “siap untuk pergi” atau bertindak seperti mesin yang berjalan terus menerus
- Sering banyak bicara, tidak bisa berhenti berbicara
- Gejala impulsif (Impulsivity)
- Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
- Kurang suka antri atau menunggu giliran
- Sering mengganggu atau menyela orang lain (dalam percakapan atau bermain)
2) Gejala ini mulai muncul sebelum usia 7 tahun
3) Menemukan kelemahan akibat gejala-gejala ini dalam setidaknya 2 situasi seperti di rumah atau di sekolah
4) Gejala harus cukup parah sehingga mengganggu pendidikan, bersosialisasi, atau pekerjaan dengan ketara
5) Gejala tidak dapat terjadi selama diagnosis Pervasive Developmental Disorder, Schizophrenia, Psychotic Disorder dan gejala tidak dapat bersesuaian dengan gangguan psikiatri lainnya (seperti Mood Disorder, Anxiety Disorder, Dissociative Disorder, atau Personality Disorder)
Alarm untuk perawatan segera
Jika anak menderita ADHD, hanya 15 – 20% yang dapat sembuh dengan sendirinya saat mencapai dewasa, sedangkan sekitar 60% tidak sembuh total dan akan menderita gangguan ini hingga dewasa. Oleh karena itu, mengamati dan menyadari alarm peringatan bahwa ini adalah waktu untuk memulai perawatan adalah hal yang penting, yaitu
- Kinerja belajar menurun, jika gejalanya parah biasanya sudah terlihat sejak anak belajar di kelas 1 – 2 SD dan nilai akan semakin menurun saat kelas 4, tetapi jika anak memiliki IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi, mungkin tidak terlalu berdampak pada nilai akademik dan gejala mungkin baru terlihat saat di sekolah menengah. Namun jika anak menderita ADHD dan Gangguan Belajar (LD) sekaligus, dampaknya pada nilai akademik sangat besar, dapat menyebabkan nilai hampir gagal.
- Guru melaporkan perilaku anak yang abnormal kepada orang tua.
- Orang tua mulai meragukan dan melihat keabnormalan dari anak dengan lebih jelas.
- Si anak atau teman bermainnya mengalami cedera akibat bermain kasar dan terlalu berani.
- Anak mulai mengisolasi diri dari kelompok, sendirian, tidak suka berkomunikasi, dan bersosialisasi (tidak diterima teman atau diintimidasi).
Cara mengobati ADHD
Saat ini, ada 4 cara untuk mengobati ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder), yaitu
- Modifikasi perilaku dan merangsang perkembangan anak yang sangat efektif dilakukan pada anak yang belum terlalu parah dan mau untuk turut serta dalam pelatihan agar bisa diam.
- Minum obat sesuai petunjuk dokter di mana dokter akan memilih jenis obat yang sesuai dengan gejala dan usia anak seperti Methylphenidate yang membantu merangsang fungsi otak untuk melepaskan neurotransmitter lebih banyak. Menggunakan obat ini dapat memberikan hasil pengobatan yang baik hingga 70-80%, dan anak akan menunjukkan perbaikan setelah meminumnya dalam 1 – 4 minggu.
- Belajar satu per satu untuk membantu meningkatkan keterampilan belajar anak, terutama pada anak yang memiliki gangguan belajar, sehingga mereka tidak ketinggalan dengan teman-teman. Orang tua harus mencari cara yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran anak.
- Konsultasi medis berkelanjutan untuk lebih memahami dan mencari saran tentang teknik pengasuhan yang benar. Komunikasi antara dokter, guru, dan orang tua harus dilakukan untuk mengurangi kesalahpahaman tentang perilaku anak.
Hyperaktif dan ADHD berbeda
Anak yang hyperaktif tidak selalu mengidap ADHD karena hiperaktif adalah kondisi yang tidak diam, yang bisa disebabkan banyak hal termasuk ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) adalah salah satu penyebab. Selain itu, tidak termasuk anak pintar berbakat (Gifted Child), anak dengan kecemasan (Anxiety), anak yang tertinggal perkembangan motorik-sensori, anak yang pernah mengalami trauma atau infeksi otak, dan anak yang hyperaktif secara alami. Namun, anak dengan ADHD penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, sering disebabkan oleh disfungsi otak dan menarik untuk dicatat bahwa ADHD dapat diwariskan secara genetik; jika salah satu orang tua mengalami gangguan ini, peluang si anak menderita ADHD lebih besar hingga 50%, dan mungkin terjadi saat ibu sedang hamil.
Hindari bermain smartphone atau tablet
Saat ini harus diakui bahwa anak-anak tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang berkembang pesat, terutama smartphone dan tablet yang diberikan oleh orang tua agar anak bisa memainkannya karena kesibukan kerja dan kurang waktu mendidik anak. Sebenarnya, jika anak tidak bermain gadget ini akan lebih baik karena smartphone dapat meningkatkan gejala ADHD. Bermain gadget dalam waktu lama dapat mengakibatkan anak kehilangan konsentrasi, kurang bisa mengendalikan diri, hiperaktif, impulsif, dan jika anak sudah menderita ADHD sebelumnya, gejalanya akan semakin memburuk seperti mudah marah, meledak-ledak, kurang bersosialisasi, dan tidak dapat menunggu.
Selain itu, bermain smartphone atau tablet dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan gangguan pada mata, keterlambatan berbicara, kepribadian yang kurang baik. Orang tua harus mencari aktivitas yang tepat untuk anak guna mendukung perkembangan dan menciptakan kehangatan keluarga, misalnya olahraga seperti golf, sepak bola, renang, atau bermain musik seperti piano. Usia yang tepat bagi anak untuk menggunakan smartphone atau tablet adalah sekitar 10 tahun ke atas, tapi harus dikendalikan durasi penggunaannya: tidak lebih dari 1 jam setiap kali agar tidak berdampak negatif pada perkembangan belajar dan sosialisasi.
Jika ada keraguan bahwa anak berisiko menderita ADHD, orang tua harus segera membawa anak untuk berkonsultasi dengan ahli. Pengobatan untuk gangguan ini memerlukan waktu dan kerjasama dari anak, orang tua, dan guru. Diperlukan banyak metode untuk mendapatkan hasil pengobatan yang baik. Yang penting, jika anak menerima perawatan hingga sembuh total dari gangguan ini, maka anak akan memiliki perhatian yang lebih baik, nilai akademik akan meningkat, dan akan merasa bangga pada dirinya, sehingga dapat tumbuh menjadi orang dewasa berkualitas di masa depan.
Informasi:









